Allahumma Ballighna Ramadhan
Ramadhan sudah di depan mata. Hawanya pun sudah terasa. Masjid-masjid mulai dibenahi, dicat baru, karpetnya dibersihkan. Spaduk-spanduk pun sudah banyak yang terpasang, dengan tulisan: “Marhaban Ya Ramadhan, selamat datang wahai Ramadhan.”
Sebenarnya, bulan ini sudah dinanti oleh banyak kalangan jauh-jauh hari. Dan ternyata tidak hanya kita, salafus shalih pun menantikan kehadirannya, Ma’la bin al-Fadhl rahimahullah menuturkan:
“Mereka (salafus shalih) berdo’a kepada Allah selama enam bulan semoga Allah menyampaikan mereka pada bulan Ramadhan, lalu mereka berdo’a selama enam bulan berikutnya semoga amalan mereka di bulan itu diterima.”Yahya bin Abi Katsir juga pernah berkata:
“Di antara do’a mereka (salaf shalih): ‘Ya Allah, selamatkanlah aku hingga Ramadhan, serahkanlah (berilah) Ramadhan kepadaku, dan terimalah amalanku di bulan itu." (Lathaif al-Ma’arif, cet. Dar Ibnu Hazm 1/148)
Tapi, ada satu hal yang perlu kita renungkan. Bahwa kebahagiaan menyambut Ramadhan itu memiliki banyak motivasi. Para pelajar bahagia karena di bulan itu ada libur panjang. Para pedagang dengan omset besar. Para perantau dengan mudik lebaran, dst. Sedangkan, Rasulullah ? bersabda:
“Semua amalan tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari: 1)
Menjelang Ramadhan
